Yohanes Walilo mengumpulkan pasir di pinggir jalan, Kali STM Kotaraja Luar, Jumat (2/9/2016). – Jubi/Agus Pabika
Jayapura, Nawor Lano – Menambang pasir sudah menjadi profesi bagi Yohanes Walilo, pria 52 tahun ini. Selama tiga tahun terakhir, ia menghabiskan waktunya di kali STM Kotaraja Luar untuk mengumpulkan pasir dan dijual kepada pembelinya.

Ia mengaku, dengan menjual pasir hasil tambangnya, ia mampu menghidupi kebutuhan keluarga serta membiayai kebutuhan kuliah tiga anaknya.

Pria asal Wamena ini mengaku bekerja seorang diri. Ia mampu mengumpulkan 15 meter kubik (m3) atau satu rit untuk truk dalam waktu 3-4 hari, sebelum dijemput pembelinya.

Ia juga biasa mengumpulkan pasir menggunakan karung beras berukuran 15 dan 20 kg.

“Satu rit harga Rp500-700 ribu. Dan, untuk pasir dalam karung harga Rp30-50 ribu,” kata Yohanes saat ditemui Jubi disela-sela aktivitas nambangnya di Kali STM Kotaraja Luar, Jumat (2/9/2016).

Yohanes mengatakan tumpukan pasir ia kumpulkan di pinggiran jalan untuk memudahkan pembeli saat akan mengangkut ke dalam truk atau mobil pick up.

“Biasanya saya hanya kumpul dan jual pasir di pinggir jalan. Jadi, pembeli yang datang dengan kendaraannya sendiri,” ujarnya, yang mengaku mempunyai pelanggan baik pasir dalam bentuk rit maupun karung.

Mobil pick up yang sedang antri mengangkut pasir hasil tambang di Kali STM
Kotaraja Luar, Jumat (2/9/2016). – Jubi/Agus Pabika
Yohanes menuturkan, sudah tiga tahun menekuni profesi sebagai penambang pasir. Namun pekerjaan tersebut hanya dilakukannya pada waktu-waktu tertentu.

“Saya di sini antara pagi dan menjelang sore hari saja,” ucapnya. “Kami yang mengumpulkan pasir di sini banyak dari depan kompleks perumahan DPRD lama di Kotaraja.”

Ia mempunyai tiga anak, yang terdiri dari dia putra dan seorang putri. “Semua sudah kuliah,” ujar pria yang hanya menamatkan studi dibangku sekolah dasar di Wamena itu.

Dalam seminggu, Yohanes mampu menghasilkan Rp1,5-2 juta. Namun, keberuntungan itu tidak selalu ada.

“Kadang juga tidak laku pasirnya. Tapi syukur, saat ini banyak laku karena mereka beli untuk campuran pondosi dan bangun rumah,” ujarnya.

Dalam memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari keluarganya, Yohanes mengaku dibantu sang istri.

“Kalau mama biasa berjualan sayur, ubi, dan pinang di Pasar Youtefa,” terangnya. (*)

(Jubi