Penghuni asrama mengusir polisi dan wartawan keluar dari Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Cilaki, Bandung, Jawa Barat, pasca kericuhan antar sesama mahasiswa Papua, (19/10). Kericuhan tersebut menewaskan satu orang dan satu terluka. TEMPO/Prima Mulia
Yogyakarta, Nawor Lano - Bupati Jayawijaya, Papua, Jhon Wempi Wetipo prihatin terhadap banyaknya mahasiswa dan warga Papua yang berada di Yogyakarta masih menjalankan kebiasaan menegak minuman keras hingga mabuk. Padahal di daerah asal mereka sudah dibuat peraturan daerah soal minuman keras untuk menghentikan kebiasaan itu.

Bahkan Jhon membuat kolam khusus di kantornya yang diberi nama "kolam lupa ingatan". Bagi yang ketahuan mabuk minuma keras dimasukkan dalam kolam supaya sadar dan disuruh pulang jalan kaki. "Dimasukkan kolam selama enam jam. Biar sadar dan mencari ikan di kolam, masyarakat juga tahu kalau ada yang mabuk," kata Wempi saat berkunjung ke Yogyakarta, Kamis 31 Maret 2016.

Mabuk akibat minuman keras, kata dia, memang menjadi masalah tersendiri di Papua. “Ini menjadi penyakit sosial yang memang sulit dihilangkan,” ujarnya. Salah satu penyebab keributan dan menimbulkan konflik sesama orang Papua adalah minuman keras. Bahkan dengan alasan mabuk minuman keras penduduk Papua bisa saling membunuh. "Ini menyakitkan karena hampir semua generasi usia emas 14 tahun hingga 40 an tahun mengonsumsi barang haram ini."

Dia menjelaskan, Papua menjadi pasar utama minuman keras. Bahkan ada minuman keras berbagai merek bertuliskan: Khusus Papua. "Ada apa dengan Papua, sehingga botol minuman keras ditulis khusus Papua," kata dia. Bupati dua periode itu berharap bisa melindungi generasi muda dari akibat minuman keras ini. Memang, bisnis minuman keras ini sangat menggiurkan. Tetapi bahayanya sangat dirasakan masyarakat. "Jangan sampai mati karena minuman keras."

Di Yogyakarta sembilan mahasiswa asal Papua tewas akibat menegak minuman keras oplosan pada Februari 2016. "Mereka yang jadi korban banyak dari kalangan mahasiswa luar Jawa," kata Ajun Komisaris Sepuh Siregar, Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Sleman saat itu. Insiden perkelahian pun kerap terjadi akibat kebiasaan mabuk di kalangan mahasiswa asal Papua di Yogyakarta.

tempo.co