Jayapura, Nawor Lano - Kepala Suku Walak, Petrus Mabel, S.Pd., M.Si., mengatakan, sudah saatnya wilayah Suku Walak dimekarkan menjadi satu daerah otonom baru, karena telah memenuhi syarat. Dorongan pemekaran itu telah mencuat dari masyarakat Suku Walak, yang dicetuskan 800 lebih Kaum Perempuan Asal Suku Walak dan disampaikan dalam Seminar Pemberdayaan Perempuan Suku Walak di Aula Pertanian Yahim Sentani, 31 Oktober 2013.

Acara ini dihadiri langsung Gubernur Papua, Lukas Enembe, S.I.P., M.H.

Dalam sambutan Gubernur Lukas Enembe, S.I.P., M.H., menyatakan, menerima usulan pemekaran wilayah Suku Walak tersebut, namun, Gubernur Lukas Enembe menyarankan untuk mengikuti mekanisme dan prosedur yang ada, guna aspirasi itu dijawab dengan baik. Dan tentunya selaku kaum intelektual Suku Walak berupaya untuk melaksanakan saran Gubernur Lukas Enembe tersebut.

Suku Walak sendiri berada pada posisi tengah suku-suku lain di wilayah Pegunungan Tengah. Pada bagian Timur Suku Yali, bagian barat Suku Lany, bagian utara Suku Gem, dan bagian Selatan Suku Nayak. Meski Suku Walak adalah Suku Kecil, namun mempunyai wilayah yang cukup luas yang terbagi dalam wilayah Balima, Wolo, Iluga, dan Winamaregean di Jayawijaya dan Mamberamo Tengah. Dan suku-suku tersebut sudah menjadi kabupaten sendiri, sedangkan Suku Walak belum, dan ini yang akan diperjuangkan pihaknya.

“Pemekaran ini sudah lama dirindukan rakyat Suku Walak. Kriteria menjadi otonom baru, itu memenuhi syarat, wilayah luas, SDA lebih kaya dari kabupaten lain yang sudah terbentuk, SDM juga sudah tersedia, kami punya sarjana dari diploma sampai doktor, pejabat eselon juga sudah ada yang tersebar di kabupaten lain,” ungkapnya dalam keterangan persnya kepada Bintang Papua, di usai pertemuan Kepala-Kepala Suku, dan Tokoh Masyarakat Suku Walak Afresto Cafe Abepura, Minggu, (03/11).

Terhadap hal itu, terhadap suku-suku lain di luar suku Walak, terutama yang ada di wilayah Pegunungan Tengah, diharapkan turut memberikan rekomendasi bagi berdirinya Walak menjadi Kabupaten daerah otonom baru.

Dijelaskannya, Walak adalah nama sebuah suku yang ada di Pegunungan Papua. Walak juga disebut sebagai nama bahasa. Orang Walak memiliki 5 wilayah adat, yaitu Wilayah Badlima, Wilayah Wolo, Wilayah Ilugwa, Wilayah Eragayam. Dan secara pemerintahan orang Walak memiliki 7 distrik yang terdiri dari dua distrik di Kabupaten Mamberamo Tengah (Distrik Eragayam dan Distrik Ilugwa), dan lima distrik di Kabupaten Jayawijaya (Distrik Wolo, Distrik Bugi, Distrik Yalengga, Distrik Biri dan Distrik Koragi).

Jumlah penduduk suku ini diperkirakan 935.000 jiwa yang tersebar di beberapa distrik pada dua kabupaten itu (Tidak termasuk mereka yang ada di Jayapura, dan Timika. Jika jumlah tersebut ditambah dengan orang Walak di Jayapura dan di Timika, maka diperkirakan 1.550 jiwa lebih).

Ditandaskannya, dari seminar tiga hari tersebut telah melahirkan beberapa rekomendasi, yaitu rekomendasi dibidang politik, rekomendasi dibidang ekonomi dan religi serta sosial kemasyarakatan. Sehubungan dengan itu mereka juga merekomendasikan kepada perempuan Walak di Wamena sebagai basis Suku Walak untuk menyelenggarakan Seminar Perempuan Walak untuk mengejar target-target dari rekomendasi seminar perempuan Walak di Jayapura. Seminar Perempuan Walak tahun berikut akan diselenggarkan pada tahun 2014 di Wamena. Diantaranya, (1) Bidang politik, yaitu meminta rekomendasi pemekaran kabupaten baru yaitu Kabupaten Walak. (2) Bidang pendidikan: perempuan mengambil Magister maupun doctor hingga keluar negeri. (3) Bidang Ekonomi: Perempuan Walak mampu berusaha bergerak dibidang bisnis. Meminta modal kepada pemerintah untuk memulai usaha. (4) Bidang Agama: Orang Walak harus tahu sumbernya, yaitu mengandalkan Tuhan dalam segala lakunya. Tingkatkan pendidikan di bidang teologi. (5) Mereka minta pak Gubernur memberikan modal usaha kepada ibu-ibu walak yang bergerak dibidang bisnis seperti penjual pinang dan pemelihara ternak babi. (6) Meminta bapak Gubernur untuk memperhatikan beberapa kader yang memenuhi syarat untuk diterima dalam kabinetnya di provinsi Papua.

Ditempat yang sama, Tokoh Masyarakat Suku Walak, Boby Siep Waga, menyampaikan, dalam seminar tersebut, dirinya melihat bahwa usulan pemekaran itu itu benar-benar rencana Tuhan, karena Gubernur turut hadir dan memberikan tanggapan yang sangat positif.

Selain alasan pada umumnya untuk pemekaran, tapi juga alasan lain yang patut menjadi pertimbangan Gubernur Lukas Enembe bahwa banyak anak-anak suku Walak yang telah lulus sarjana mulai dari diploma sampai doktor, namun umumnya bekerja di daerah lain, dan ada pula yang melamarkan pekerjaan namun tidak diterima, sehingga dengan adanya pemekaran itu, anak-anak Suku Walak kembali mengabdi dan membangun daerahnya sendiri.

Senada dengan itu, salah satu Kaum Intelektual Suku Walak lainnya, Dr. Arius Togotly, S.Pd., M.Kes., menuturkan, para intelektual, sepakat dan sangat setuju untuk Walak menjadi daerah otonom baru, dengan nama Kabupaten Walak.

“Kami sampaikan bahwa kami sebagai akademik, dan kami ikuti sama-sama untuk menentukan wilayah ini. Saya sangat menghargai dan terima kasih kepada perempuan Walak yang mempunyai kemampuan yang menyampaikan aspirasi dan menamai kabupaten Walak ini kepada Gubernur Papua. Kaum perempuan Walak telah SDM yang luar biasa, maka saat Perempuan Walak bicara pemekaran Kabupaten Walak itu. Kami siap membangun itu,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Suku, Woro, Iri, dan Bugi, Darius Togotly, menegaskan, dirinya langsung dari Wamena untuk mengikuti kegiatan Seminari Perempuan Walak tersebut, dan turut memberikan dukungan penuh atas aspirasi pemekaran yang disampaikan oleh perempuan dan rakyat Suku Walak.

Untuk itulah, dirinya mewakili ketiga suku meminta kepada Bupati Jayawijaya, dan Bupati Mamberamo Tengah, untuk memberikan rekomendasi dukungan untuk Walak dimekarkan menjadi kabupaten tersendiri.

Hal lainnya, Tokoh Agama Suku Walak, Pdt. Edy Togotly, S.Th., berkomitmen bersama seluruh rakyat Suku Walak untuk turut memperjuangkan lahirnya kabupaten otonom baru bagi Suku Walak melalui jalur-jalur resmi yang ada sebagaimana diarahkan oleh Gubernur Lukas Enembe.

“Kami minta dukungan dan restu dari saudara-saudara kami yang ada di Papua, karena kami punya hak yang sama, karena kami penuhi persyaratan, dan itu sudah ada. Kami sudah punya pegangan kuat, karena aspirasi kami sudah diterima oleh Gubernur Lukas Enembe, maka kami akan lakukan pertemuan berikutnya untuk membahas tahapan-tahapan yang kami lakukan untuk perjuangkan kabupaten Walak ini menjadi kabupaten otonom baru. Kami percaya Walak diberikan Tuhan kepada kami,” pungkasnya.

Sekadar diketahui, dalam kegiatan Seminar lalu, ada sejumlah hal yang dilaksanakan, yakni, pameran kreaktivitas orang Walak, seperti noken Papua, berbagai jenis bunga dan pot bunga, wig dan 6 judul buku yang ditulis oleh beberapa orang Walak seperti buku Fonologi bahasa Walak, Kutuk atau Berkat, Otsus Papua tidak Jelas dalam implementasinya.(nls/don/l03/@dv/Bintang Papua)