Natalia Paragaye |
Gadis kelahiran Lembah Baliem Wamena Papua itu, satunya mahasiswi asal Papua yang meraih nilai tertinggi dengan indeks prestasi (IP) 3,66. Nilai yang luar biasa didapat itu, bukan tanpa perjuangan. “Saat teman-teman tidur, saya kadang belajar pukul 02.00 dinihari”, ungkapnya.
Nilai yang diraih Nathalia, dalam catatan monitoring dan evaluasi UP4B adalah terbaik dibanding 500 mahasiswa program afirmasi pendidikan tinggi (ADIK) Papua angkatan 2012 yang kini sedang menjalani kuliah di 32 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia.
Ia bersyukur mendapat kemudahan dan bisa kuliah di perguruan tinggi negeri terbaik. “Program ini sangat baik buat kita anak-anak Papua. Melalui program afirmasi ini, kami dapat diterima di 32 PTN. Digratiskan biaya administrasi dan juga diberikan beasiswa”, tambahnya.
Pesan Nathalia kepada teman-teman peserta program afirmasi, jadikan program ini sebagai peluang untuk merubah masa depan lebih baik. Jika ada yang mengundurkan diri, sangat disayangkan. “Bersabar itu perlu kawan, untuk sukses kita mesti berjuang”, kata Nathalia.
Gadis berusia 19 tahun, anak dari lima bersaudara keluarga Bartholomoeus Paragaye, berjanji akan memanfaatkan kesempatan program ini dengan penuh tanggung jawab. Bentuk tanggung jawab itu adalah memberikan yang terbaik bagi diri, orang tua, dan semua pihak yang telah memberi kesempatan untuk kuliah di kampus yang terbaik ini.
“Tuhan telah memberikan terbaik bagi saya, dan saya ingin tunjukkan bahwa mahasiswa asal Papua bisa menjadi yang terbaik”, tegasnya.
“Belajar itu jangan karna terpaksa, sisipkan beberapa jam untuk membaca apa yang sudah didapat dari dosen. Belajar itu bukan hanya dari buku saja tapi dengan media online pun kita bisa belajar. Jangan pernah malu untuk bertanya pada teman maupun kakak tingkat. Dan jangan lupa untuk mengucap syukur dengan apa yang ada pada kita dan jangan lupa berdoa”, tulisnya dalam wawancara via sms.
Orang pasti mengira, gadis pintar asal SMP Negeri I Wamena Kabupaten Jayawijaya Papua itu, sebagai “kutu buku”. Ia mengatakan tidak ada yang luar biasa, di kampus selain menjalani kuliah juga tetap bersosialisasi dengan teman lain bukan saja asal Papua etapi juga mahasiswa lain.
Ia dalam kegiatan ekstra kampus, memilih bergabung dengan mahasiswa pecinta alam. Pilihan itu karena, dia sudah terbiasa mengenal alam di tanah kelahirannya. Kini bahkan ingin bisa bergabung di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas.
Nathalia, Si Mutiara Hitam dari Lembah Baliem Wamena Papua, bercita-cita menjadi konsultan atau kontraktor. Cita-cita ini sudah ada sejak kecil, melihat perkembangan kota kelahiran yang belum terbangun dengan baik. Wamena, dikatakan punya potensi besar dalam dunia wisata. Kota yang berada di pegunungan dengan lembah terluas di Papua ini, selain miliki potensi wisata juga pertanian. “Saya ingin membangun kota ini lebih maju”, tegasnya.
Bartholomoeus Paragaye, ayah dari Nathalia ketika dihubungi via sms mengatakan, senang dan bangga atas keberhasilan anaknya dalam raih IP terbaik sesama mahasiswa afirmasi asal Papua. Jarak tempat orang tua bertugas di Pegunungan Bintang dengan tempat kuliah Nathalia, bukan menjadi hambatan untuk bisa saling komunikasi.
“Setiap ada kesempatan kami saling komunikasi via telepon seluler, untuk memberikan dorongan semangat dan menghibur dengan hal yang bersifat ringan. Kami ajak senda gurau agar tetap ceria”, ungkapnya.
Ketika ditanya harapan orang tua, Bartholomeus mengatakan, “Ha ha, saya dan ibunya berbeda”. Karena perbedaan itulah, pilihan jurusan akhirnya diserahkan kepada anaknya. “Terserah keinginan Nathalia, harapan orang tua, adalah raih yang terbaik”, pintanya. (UP4b.go.id)
Komentar