Foto karya Starky Yali dalam proyek fotografi yang mengabadikan beragam ekspresi orang asli Papua menolak Otonomi Khusus Papua Jilid 2. - Dok. Starky Yali

Fotografer Starky Yali membuat proyek fotografi yang mengabadikan beragam ekspresi orang asli Papua menolak Otonomi Khusus Papua. Konsep proyek fotografi Starky Yali jelas, menggaungkan protes orang asli Papua terhadap rencana pemerintah pusat untuk melanjutkan pemberlakuan Otonomi Khusus Papua dengan membuat revisi sepihak atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua.

Starky Yali menyebut 20 tahun pemberlakuan Otonomi Khusus (Otsus) Papua membuktikan otonomi khusus itu hanyalah gula-gula belaka. Sebagai simbolnya, mereka yang dipotret Yali berpakaian tradisional dan membawa gula-gula.


“Otsus itu ibaratkan gula-gula yang diberikan kepada orang Papua. Sumber Dana Otsus Papua itu hasil bumi orang Papua sendiri. Kami selalu diberikan uang untuk menutup mulut ketika kami menuntut hak apapun,” kata Yali kepada Jubi, Jumat (19/3/2021).

Yali mengatakan sebelumnya ia telah membuat sejumlah proyek fotografi dengan beragam tema, seperti keindahan alam, foto hitam-putih, human interest, dan foto jurnalistik. “Untuk kali ini, saya  mengonsep foto bertema Otsus. Foto itu dipotret pada 13 – 15 Maret 2021. [orang yang dipotret] berbusana budaya, [untuk] menunjukkan jati diri [mereka] sebagai suatu bangsa,” katanya.

Yali menegaskan konsep proyek fotografi terbarunya itu memang dibuat sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah untuk melanjutkan pemberlakuan Otsus Papua. “Seluruh rakyat Papua  sudah menolak dengan tegas, agar Otsus [Papua] tidak dilanjutkan. [Kami] melihat dampak buruk [Otsus Papua] yang menimpa orang Papua. Pembangunan yang dibuat dinikmati birokrasi dan pengusaha. [Selama pemberlakuan] Otsus [Papua] juga banyak nyawa dikorbankan di atas negeri ini, dengan dalil pembangunan,” kata Yali.

Yali mengatakan konsep itu mewakili ekspresi seluruh lapisan masyarakat Papua yang belum sempat menyuarakan penolakan terhadap Otsus Papua Jilid 2. “Kami melihat dalam tahun 2021 [situasi akan] semakin suram. Kami mengingatkan seluruh rayat Papua dan aktivis pro pembebasan nasional agar tetap fokus kepada agenda penolakan Otsus Jilid 2,” katanya.


Yali mengatakan selama 20 tahun terakhir Otsus Papua justru dirasakan menjadi alat memperkaya orang Jakarta yang tinggal di Papua, dan elit lokal di Papua. Rakyat Papua telah menyatakan sikap mereka melalui berbagai demonstrasi damai untuk menolak Otsus Papua Jilid 2. “Solusi yang diharapkan rakyat papua adalah Hak Penentuan Nasib Sendiri sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat atas tanah dan sumber dayanya,” katanya.

Pemuda asal Lanny Jaya, Gisman Yanengga menyatakan pihaknya juga menolak Otsus Papua Jilid 2. Yanengga juga menyebut rakyat Papua menolak rencana pemekaran Provinsi Papua untuk membentuk provinsi baru di Tanah Papua. “Seluruh mahasiswa dan masyarakat Lanny Jaya secara damai dan aman mengadakan aksi tolak Otsus Jilid 2 dan Daerah Otonom Baru. Otsus Papua dan [pembentukan] Daerah Otonom Baru sudah gagal total,” ujarnya.  (jubi)