Saat penghuni berbincang dengan perwakilan waarga
Surabaya - Organisasi masyarakat Pemuda Pancasila dan Ormas lainnya kota Surabaya kembali mengebung asrama mahasiswa Papua Jln. Kalasan No. 10 Surabaya. Mereka mendatangi asrama bertujuan agar benderah merah putih dipasang di depan asrama.

Sebelumnya hari Selasa (14/08/2018) didatangi satpol PP dan camat Takbak Sari Ridwan Mubarun di asrama dengan membawa surat undangan ikut 17san dan pemberitahuan memasang benderah di depan halaman namun penghuni belum sempat memasang.

Setelahnya, hari ini Rabu (15/08/2018) pukul 12:30 WIB. Ormas-ormas tersebut yang jumlahnya sekitaran puluhanan menuntut pengibaran bendera merah putih di dalam asrama dan melakukan orasi hate speech kepada mahasiswa Papua, dan terjadi ketegangan secara fisik dan tindakan pengrusakan pagar asrama yang dilakukan oleh Ormas yang mengepung. Adapun Polisi yang ada di lokasi kejadian hanya mendiamkan kejadian tersebut tanpa melakukan tindakan apapun.

Keadaan semakin tidak bersahabat, biasanya mahasiswa yang demo dikawali dengan aparat namun kali ini Ormas tersebut jel-jel dan teriak-teriak menyatakan kami akan bubarkan kalian, kami akan bakar asrama, jika kalian tidak mau menjadi warga NKRI, tanpa ada kawalan satupun oleh aparat, aparat yang datang hanya beberapa orang namun mereka hanya memantau, menjaga jarak. Suasana seperti sedang berhadapan dengan pereman-pereman dan sangat berantakan. Keeadaan ini adalah kesempatan Ormas tersebut memasang benderah.

Ormas masuk menerobos asrama dan mengejar mahasiswa di halaman asrama hingga pintu-pintu masuk kamar, penghuni kemudian tidak terima perilaku Ormas, penghuni membela diri dan mengusir kembali Ormas keluar dari halaman pagar.

Jel-jel dan teriakan Ormas tersebut membuat mahasiswa Papua merasa terganggu, mahasiswa mengundurkan diri dalam kamar masing-masing, keadaan didepan hanya terlihat Ormas, akhirnya Ormas membubarkan diri dari asrama namun Ormas berseragam lainnya beberapa orang tetap menjaga di depan asrama hingga sore hari pukul 16:02.

Menurut penghuni asrama

Pasang benderah tidak masalah karena kemerdekaan itu dimiliki oleh masyarakat namun yang kami tidak suka adalah cara mendatangi asrama, karena kejadian demi kejadian seolah-seolah kita orang Papua harus dipaksakan menerima saja oleh negara, dari Papua hingga diluar Papua, apakah pasang benderah itu wajib bagi orang Papua atau warga lainnya juga, jika demikian tiap rumah di Indonesia kenapa tidak memaksa untuk di pasang?

Dan terkadang cara aparat datang ke asrama berlebihan, dan juga  Ormas- ormas ini yang kami tidak suka karena Ormas-ormas ini tindakan, prilaku dan ucapan mereka tidak manusiawi. Kami ini manusia dan tahu diri, mana yang harus kami tuntut dan mana yang kami terima.

Kami tidak membenci negara ini atau manusianya, tapi kami tidak suka sistem yang dibangun negara terhadap orang Papua, menurut penghuni.