Asmael Kilungga, penjaga Ondewerek Cafe dan Shop. Foto: dok. penulis. |
Oleh : Nomen Douw
Beberapa minggu lalu, saya pergi ke rumah teman di kompleks Bandar Udara Sentani, Jayapura, Papua. Sesudah saya bertemu dengan teman, saya pulang. Dalam perjalanan menuju ke Abepura, timbul keiginan minum kopi. Lalu, saya harus mencari kopi di cafe terdekat. Ternyata, cafe yang saya temui adalah “Ondewerek Café and Shop”. Petugas cafe tersebut adalah anak muda Papua yang cukup ramah dan murah senyum ke siapa saja. Namanya Asmael Kilungga. Terus terang saja, saya merasa bangga terhadap pemuda Papua ini yang dapat menjadi pelajaran bagi kaum muda Papua lainnya. Dia mampu dan setia dengan pekerjaan yang dia miliki saat ini. Dia mampu melawan ego yang saat ini membudak anak Papua. Dia mampu melawan hal kebosanan di tengah zaman kontemporer yang menggigit hati anak muda Cenderawasih."Untuk apa kita nonton saja orang pendatang dong punya usaha saja. Kita orang Papua juga bisa, apalagi kita anak muda saat ini harus bisa dan mampu untuk bersaing dengan mereka" (Asmael).
Ondewerek Cafe and Shop luar biasa. Begini yang dikatakan Asmael kepada saya di awal percakapan kami: "Saya asal Wamena, lahir di sana besar juga di sana. Di Wamena saya tinggal di kampung kecil bagian Selatan Kota Wamena. Setelah bapa saya buka cafe ini, saya diperintah bapa saya untuk menjaga. Saya pun mengkabulkannya hingga saya turun ke Sentani dan sekarang sudah menjadi pelayan bagi mereka yang datang kunjungi.”
Jujur, saya sebagai penulis artikel ini terkesan melihat anak muda Papua ini melayani para pengunjung dari berbagai kalangan yang datang melihat-lihat buku dan bersantai minum kopi. Saya melihat sesuatu hal yang luar biasa yang berbeda hingga saya termotivasi menulis artikel ini sebagai rasa kekaguman bagi sobat Asmael Kilungga yang setia menjaga cafe milik bapanya ini.
Dia bercerita banyak hal sambil saya menikmati kopi hitam panas di cafenya. Setelah dia bercerita banyak tentang keluarga dan hidupnya. Saya pun ingin bertanya tentang perkembangan usahanya. Berikut petikan langsungnya:
Sudah berapa lama Asmael menjaga café?
Baru tiga bulan.
Kira-kira berapa banyak pegunjung yang tiap hari datang?
Kira-kira15 orang, kadang lebih.
Sedikit sekali?
Kan baru di buka, baru umur tiga bulan.
Jam berapa mulai membuka cafe?
Buka jam 08:00 pagi dan tutup jam 09:00 malam.
Bosan atau tidak sepanjang hari selalu menjaga di cafe?
Pertama, saya jaga baru satu minggu itu sangat bosan sekali, tapi saya terus lawan itu. Ternyata, saya berhasil mengalahkan kebosanan itu dan sejauh ini saya sudah terbiasa di sini untuk tetap jaga cafe.
Bagaimana dengan teman-teman Anda di luar sana? Mereka sering datang temani Anda atau tidak?
Pertama-tama, saya jaga itu mereka sering datang, tapi lama-lama mereka hilang tidak pernah datang lagi.
Anda merasa kehilangan teman-teman bermain atau tidak?
Tidak, karena kita sering komunikasi lewan telepon.
Lebih penting teman atau pekerjaan saat ini?
Sama-sama penting, tapikan pekerjaan saat ini lebih penting lantaran kita Papua semakin tenggelam di aspek ekonomi dari orang pendatang, jadi saya mencoba menjadi contoh bagi teman-teman Papua agar ke depan ada lagi macam saya yang bisa jaga usaha.
Ada tokoh Papua yang pernah kunjungi café ini?
Ada, bapak Pdt. Benny Giyai dan Pdt. Socratez Sofyan Yoman pernah datang lihat-lihat buku. Mereka dua kasih ibu jari lalu berkata, “Bagus ade. Semangat dan tingkatkan terus”.
Harapan Anda ke depan kira-kira seperti apa?
Saya ingin menjadi figur yang mempercontoh teman-teman Papua yang saat ini tenggelam dalam hegemoni orang pendatang. Saya ingin dengan usaha yang saya tekuni ini dapat berkembang pesat hingga menjadi berkat bagi banyak orang, khusunya orang Papua itu sendiri.
Itulah 10 poin pertanyaan yang saya lemparkan ke anak muda hebat itu. Semoga dengan jawaban yang diutarakan menjadi pil motivasi bagi kaum muda-mudi Papua yang saat ini memegang ijazah sarjana, namun belum bekerja. Asmael Kilungga adalah pemuda yang hanya menyelesaikan SMA (Sekolah Menengah Atas), namun berkat keberanian, dia melawan gengsi zaman dan ego. Akhirnya, dia telah memulai niat yang luar biasa sehingga dia memilih menjaga cafe milik bapanya sambil belajar menjadi pengusaha seperti orang pendatang yang sudah jauh banyak yang telah sukses daripada OAP (orang asli Papua) di atas Papua.
Jika Anda yang kebetulan melintas Kota Sentani, di Jln. Yahim, ada di bagian kiri dari arah Bandara Sentani dan sebelah kanan dari arah Abepura di barisan ruko dengan berwarna hijau dengan tulisan "Ondewerek Cafe and Shop". Boleh Anda mampir sebentar. Di sana, Anda akan disapa sopan, dijemput dengan wajah senyuman ceria dan menyakinkan. Itulah dia Asmael, sosok pemuda Papua yang bermental berani dan luar biasa dalam pekerjaannya. Di cafe itu, Anda boleh bersantai sambil baca buku dan minum kopi panas dan memesan berbagai aneka minuman dingin maupun menu minuman lainnya. Asmael Kilungga siap layani Anda. [majalahbeko]